Selasa, 29 Mei 2012

"Apa itu Logika?" he? bukan pertanyaan?

aduh2, sori2, gw ga buka sama sekali deh ini blog, jadi udh agak lama ga nulis, kali ini ada tulisan isenk gw ke temen gw, gw tulis di kertas sih, tapi kayakny pengen gw omongin lagi di sini, karena  klo di kertas mungkin ilang, dan tulisan tangan gw ga bisa dibaca, ini pikiran gw yang belum terkatakan malam itu soalnya tiba2 ada anak2 yang baru pulang dari jalan dan kayakny bakal terganggu proses tidurnya klo masih lanjut, lets begin:

PAGE 1: well, gw ga bisa tidur, karena merasa ada yang masih menarik untuk dibicarakan, jujur, pertanyaan 'apa itu logika?" itu tidak merupakan sesuatu yang kutanyakan untuk membandingkan DAN mematahkan suatu jawaban lain yang tidak sejalan dengan jawabanku, atau sesuatu yang bukan pertanyaan, aku tidak percaya bahwa ketika kita sudah memiliki sesuatu pendapat itu pasti benar, dan tidak perlu bertanya pada orang lain, well alangkah sedihnya orang seperti itu, pertanyaan itu pure dari rasa penasaran, sering ya aku menyatakan orang salah sepenuhnya? sebagian besar pernyataanku kan mulai dengan sejenis "kalau menurutku.." okay, paling ga selama tadi malam (pagi ya?), well, yang berikutnya ini bisa kamu baca dengan interpretasi apapun, salah? tidak berguna? well, gw terima pendapat apapun, bagaimanapun, berharap dibaca seluruhnya (seperti semua penulis lainnya), yang perlu dicatat, ini bukan untuk membuktikan apapun atau menyalahkan sesuatu, aku hanya ingin menyampaikan pikiranku, dengan bebas tanpa terpotong, tanpa mendapat perlawanan atau melawan, rasanya cukup kecil kemungkinan gw menang debat, karena itu memang tidak ada dalam tujuan atau kebutuhanku juga, (buat pararel thinker, itu ga guna, bagi critical thinker itu mungkin signifikan), isinya mulai halaman belakang.....

PAGE 2: Logika? menurutku (diluar mungkin benar atau salah), adalah suatu cara kerja otak yang juga merupakan kesimpulan dari perspektif yang kita telah dapat. Perspektif, seperti kebanyakan orang ketahui adalah sudut pandang dari sesuatu, jadi kalo kita andaikan (ini sering sekali aku pakai), ada beberapa sisi rumah, orang yang hanya melihat (mengambil sudut pandang) dari sisi depan rumah, akan berkesimpulan (berlogika) bahwa rumah itu (misalnya) besar dan bersih, sementara orang lain, yang hanya melihat dari sisi belakang bisa saja berkesimpulan lain, seperti rumah itu kecil dan kotor, well, adakah salah satu yang salah? tidak juga, kan sesuai perspektif yang mereka punya, memang seperti itu adanya, mungkin ada yang bilang kalau yang benar itu yang melihat dari kedua (atau lebih) sisi rumah (sebuah objek), ya itu ga salah, tapi umumnya perilaku seperti itu karena orang tersebut sudah memiliki, menerima dan memahami perspektif bahwa "perspektif dari satu sisi saja tidak cukup" Logika, menurutku tidak merupakan sesuatu yang absolut hanya satu, atau bahkan pasti, seperti yang diatas ini, semua itu berdasarkan perspektif.

PAGE 3: misalnya ya, ada soal matematika, tanpa adanya perspektif guru yang ditanamkan atau diperlihatkan pada murid, tanpa orang atau benda yang membuktikan bahwa soal itu mampu dikerjakan, maka logika murid-murid akan berkata "tidak mungkin", walaupun menurut logika guru itu mungkin dikerjakan, jadi hubungan dengan obrolan kita sebelumnya adalah perspektif seperti "kamu harus mengerjakan banyak laporan, bukan untuk nilai, tapi untuk belajar." itu logis kalau modal perspektif sang pemberi tugas adalah "siswa malas tanpa pekerjaan rumah", kalau hanya sebatas itu ya masuk logika, tapi akan berbeda jika kamu memperoleh perspektif "anak sekarang banyak yang belajar sendiri sudah  cukup" maka hal ini akan tidak masuk logikamu, kalau menurutku ini yang menjadi pokok masalah antara kamu dengan kampus, contoh lainnya: "semakin cepat dan padat materi diberikan maka makin cepat kalian lulus" atau "semua orang sekarang hanya ingin lulus cepat", dan "siswa harus cukup istirahat" itu semua benar.

PAGE 4: karena merupakan hasil pemikiran yang didasari oleh logika masing-masing pencetusnya, menurutku ga ada perspektif atau logika yang salah, yang ada itu yang KURANG, orang bijak melihat dari lebih banyak perspektif oleh sebab itu hasil logika mereka lebih efektif dan tepat, lagipula, logis tidaknya suatu masalah kabn dilihat dari perspektif kita juga, TV aja kalo kita ga punya dasar teori tentang teknologi, atau paling tidak tahu kalau ada mesin yang bisa melakukan itu,  ya perspektif yang kita punya ga akan memiliki hal itu, logika kita jalan, tapi kurang utuh, darimana gambarnya, tanpa mengambil sudut pandang bidang seperti elektro, fisika, teknologi modern, logika kita akan mencari pemecahan lain yang dipengaruhi oleh perspektif yang kita punya, anak di desa yang benar- benar tertinggal atau mungkin anak kecil yang pernah mendengar tentang sihir dari dongeng, mungkin akan menganggapnya "kotak ajaib" atau bahkan, lebih extreme : "pesan dari dewa." ada juga contoh penyebab macetnya peradaban, seperti : "cara kakekku sudah cukup" atau "pendidikan kayak gini udah cukup buat hidup," okay, kalo modal pemikirannya cuma perspektif pendahulunya, itu memang logis, tapi untuk orang yang memiliki bekal perkembangan jaman, mungkin ini benar-benar salah, ini salah satu yang sering dikatakan "GOOD is the enemy of BEST"

PAGE 5: mungkin juga dosen-dosen kita mengambil pandangan seperti itu "dari dulu asistensian ya pagi hari" atau "Kan semua harus selesai jam 4 sore" klo perspektif yang diambil cuma sebatas ini, ya logis dong kalo kesimpulannya, dan hasilnya ga jauh-jauh dari sini, itu kenapa kalau mau mengasah logika kita (mungkin memperluas bisa diapakai juga) kita harus belajar melihat dari sudut pandang lain, entah secara pribadi atau meminta pendapat orang (mungkin bisa lebih mudah), nah yang pengen gw bilang logika itu berbeda-beda, entah dari permulaan hidup sampai akhir perkembangannya itu beda, menrurut gw sih ga absolut benar, kan analisisnya harus dari berbagai sisi berbeda, contoh "gw tau anat itu sulit dan banyak bahannya," si A, yang dari pandangannya bahwa "nilai itu penting," logikanya kemungkinan besar ya harus belajar jauh-jauh hari, tapi bagi anak yang pandangannnya "nilai itu ga penting" ya tentunya logika anak itu bilang ga usah belajar

PAGE 6: contoh laen : meditasi, A berpikir "memperbaiki ketenangan jiwa dan mendekatkan dengan alam semesta" , B berpikir "egois sekali, orang lain ga dapet apa-apa, cuma buat sendiri", C berpikir "dengan pikiran yang lebih tenang, bisa membantu lebih banyak orang lain", okay semua berbeda, ada yang ga logis? bukan mengatakan ada yang paling benar atau ga (karena itu bakal dipengaruhi sama perspektif gw sendiri), logis juga pikiran "klo ga nyontek nilai gw ga akan lulus" atau " ni klo gw ga nerobos lampu merah, gw ga akan sampe lebih cepat" well, semua logis sih, kalo ditanya ada ga hal-hal yang illogical menurut gw, hmm ga bisa bener-bener ngomong ya atau ga, soalnya ya, ada juga hal-hal yang dilakukan secara judi murni, ga ada alasan dan dasar, tapi umumnya ini juga dipengaruhi perspektif bahwa masih ada harapan akan memperoleh sesuatu yang lebih dengan melakukan sesuatu diluar kebiasaan cara pikirnya, seperti pejudi yang berpikir menang jackpot, well mungkin dalam kerangka pikiranku, semua hal itu logis sebenernya, hal-hal berbau keberuntungan mungkin sebenernya bisa dijelasin, mungkin ada waktunya semua akan jelas dan menjadi logis, semua yang keliatan dari sudut pandang gw sendiri ga mungkin, gw rasa sebagian besar karena aku ga punya atau tidak tahu sudut pandang yang dibutuhin buat memahaminya, bagi orang lain itu bisa aja logis, hmm apa lagi ya? haha, sekian deh, panjang banget, eh menurutmu, logika itu apa..." __END__

CLOSING, part ini gw tulis di luar tulisan gw di note kecil, saat pagi hari gw nulis ini (sampe jam 4-an), malemnya lagi ngobrol bareng temen gw yang berpikir bahwa banyak orang itu berpikirnya ga logis, trus ujung- ujungngnya "berdiskusi" tentang apa itu logika, emang sih gw yakin tu orang-orang secara logika dia emg ga logis (dalam kerangka pemikiran temen gw itu), tapi yang bikin gw bener-bener kaget, gw kan sering banget nanya pendapat orang, pas gw tanya "menurutmu logika itu apa?" well, dia bales, "itu bukan pertanyaan" , gw kaget trus tanya "kenapa?" , dia jawab "karena kamu udah punya jawabannya", satu hal yang sedikit ga bisa kuterima, karena aku tidak merasa bahwa apapun ide yang aku punyai adalah jawaban terbaik, dan sekalipun orang punya ide masing-masing, apakah kita dilarang bertanya ide orang, waw, aku ga tau sih, ga salah sih pikirannya, logis, menurut dia,kalau menurut logikaku, mungkin ya itu refleksi dari cara berpikirnya, dia adalah seorang debater, yang secara western culture, bahwa critical thinking is more than enough, gw sedang menyerang idenya, ga salah sih, cuma ya, mungkin dia perlu melihat dari sudut pandang seorang pararel thinker,  klo ga gw bakal sering banget clash sama dia....
tapi ya lumayan juga, aku dapet ide nulis, tapi damn, gw ga bisa tidur sampe selese nulis, ohya ada hal yang menurut pengamatanku merupakan efek samping yang dapat terjadi saat kita hanya mengandalkan critical thinking, saat kita sendiri berpikir banyak kemungkinan, kita sendiri dengan tanpa sadar akan mengeliminasi pikiran kita sendiri dengan berpikir "itu ga masuk akal" "ga mungkin", dan sejenis "emang bisa?" keunggulannya adalah kita terlihat sebagai seorang quick thinker, tapi kita akan sedikit kurang konstruktif dan inovatif, selain itu keunggulannya dapat terlihat memiliki logika yang tepat, namun saat menghadapi masalah akan lebih cepat stress karena "jalan" alternatif lain sudah dieliminasi, lantas mau kemana? terlebih lagi kita akan terlihat lebih pesimis dalam menghadapi masalah, well itu semua hanya pikiranku sih, dibaca bagaimanapun, itu sepenuhnya up to you, emangnya gw g mungkin salah? haha, berpikirlah hai orang-orang, otak boleh menciptakan patern, kita tidak dilarang mengikutinya, tapi ya apa salahnya kita melatih memikirkan kemungkinan diluar itu, eh satu lagi, kenapa sebagian besar orang tidak menggunakan kemampuan otaknya secara maksimal (sangat minim malah) kalau menurutku, karena mereka lebih tertarik hidup dalam paternnya tanpa perlu hal baru, hanya dengan analisis, kita hanya memiliki hal- hal lama yang diangkat kembali untuk menyelesaikannya, kreatifitas dan cara berpikir? well kita bisa memakainya, kenapa ribut-ribut mempelajarinya..... well, gw ga setuju sejujurnya, okay,  think and live ur life well people! ^_^


OHYA credit untuk Edward de Bono, banyak hal yang saya ketahui, saya dapat dari beliau, semoga indonesia suatu saat mengadopsi thinking skill sebagai suatu kompetensi


2 komentar:

  1. Rasa penasaran yg membuat orng berkembang. Tapi pembuktian dan keingintahuan itu beda... Susahnya, kebnykan orng cm ingin membuktikan diri, bukan bnr-bnr ingin tahu. Istilah blak-blakannya, "sok paling bener..."

    BalasHapus